-->

Sangat Menyentuh Hati..!! Tiga Bocah Bersaudara Ditinggal Orangtua Meninggal, Begini Perjuangnya untuk Makan ( Mohon Sebarkan Agar di Beri Bantuan )

Sangat Menyentuh Hati..!! Tiga Bocah Bersaudara Ditinggal Orangtua Meninggal, Begini Perjuangnya untuk Makan ( Mohon Sebarkan Agar di Beri Bantuan )
Sangat Menyentuh Hati..!! Tiga Bocah Bersaudara Ditinggal Orangtua Meninggal, Begini Perjuangnya untuk Makan ( Mohon Sebarkan Agar di Beri Bantuan )

Tiga bersaudara dengan umur sama-sama belia, bahkan juga ada masih balita, mesti menjalani kerasnya kehidupan tanpa orangtua. 

Mereka hidup bersama dengan segala kekurangan serta jauh dari keramaian. 

 (Hidup Kekurangan Tanpa Kasih Sayang, 3 Bocah Ini Rukun Bahkan Sekolah Bawa Adik) 

Nasib I Nyoman Ariya (14), I Ketut Sana (12), serta I Wayan Sudirta (4, 5) mungkin tidak seberuntung anak-anak seusianya. 

Di waktu anak-anak yang lain dapat nikmati hidup bersama keluarga tercinta, Ariya serta adik-adiknya malah harus kehilangan kasih sayang orang tua. 

Ariya, Sana, serta Sudirta ditinggal ayah serta ibunya. 

Ayahnya, I Nyoman Koka, meninggal dunia lima tahun lalu karena sakit. Sedang ibunya, Ni Wayan Sriyani, pilih untuk menikah lagi. 

Mengenai kakak tertuanya, I Nengah Santa, merantau ke Jembrana, Bali. 

Mereka hidup bersama di gubuk yang jauh dari keramaian, di dalam Bukit Puncak Sari, Dusun Darmaji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. 

Cuma dua ekor anjing penjaga rumah yang setia mendampinginya. 

Waktu disambangi Tribun Bali di rumahnya, Kamis (1/9/2016), keadaan ketiga anak ini membuat hati terenyuh. 

Mereka hidup serba kekurangan. 

Keperluan pokok seperti beras, sama sekali tidak ada didalam rumah serta dapurnya yang berdinding anyaman bambu. 

Yang terlihat didalam rumah serta dapur cuma debu, serta baju bekas 
bergelantungan. 

Cubang (tempat penyimpanan air hujan) untuk minum juga minim. 

Bahkan juga korek api untuk menyalakan paon juga tidak ada. 

Meskipun hidup serba kekurangan, tiga bocah ini tidak menyerah. 

Untuk menjaga hidup, mereka berusaha mencari uang untuk biaya makan ataupun sekolah. 

Ariya, yang saat ini terdaftar sebagai siswa kelas II SMP Yayasan PKBM Ekoturin di Dusun Darmaji, jadi tukang penek nyuh (panjat kelapa). 

Dengan keahliannya ia memanjat pohon kelapa punya warga untuk menuai busung (janur). 

Sedang Sana, siswa kelas VI SD di Desa Ban, meburuh jadi tukang sabit untuk berikan makan ternak punya keluarganya. 

Aktivitas sambilan ini dilakukan setelah pulang sekolah. 

Apabila tidak cukup mempunyai uang membeli keperluan makan, mereka terpaksa berharap pemberian keluarga atau warga yang tinggal diatas Bukit Puncak Sari. 

Itu juga jaraknya dua km.. 

Mereka mesti lewat jalan yang terjal dan berdebu dengan jalan kaki. 

 " Bila miliki beras, saya tentukan masak sendiri dirumah. Bila tak ada, saya minta makan sama keluarga atau tetangga diatas (bukit), " papar Ariya, sambil memasak air dengan kayu bakar di paon ditemani si bungsu. 

 " Terkadang kakak saya, Nengah Santa, yang berikan duit. Dia kerja di Negara jadi tukang panen cengkih, ” lanjut Ariya, yang berperawakan kurus serta bertindak sebagai " orang-tua " untuk adik-adiknya. 

Sang paman, I Ketut Madia, mengakui ikut prihatin dengan nasib ketiga ponakannya. 

Tetapi ia juga tidak dapat berbuat banyak. 

 " Saat tidak ada makanan, mereka sering pilih berdiam diri dirumah. Saya cuma dapat menolong memberi makan saja, " kata Madia. 

Selama ini, kata Madia, belum ada pertolongan dari pemerintah daerah. 

”Sudah dua th. lebih begini. Kasian mereka semua. Semoga ada pertolongan dari bupati atau gubernur, ” harapnya. 

Sumber: tribunnews.com


Advertisement